Mulai 20 Mei 2021, tepat pada peringatan Kebangkitan Nasional, Gubernur Yogyakarta mewajibkan seluruh instansi pemerintah maupun swasta untuk memutar lagu Indonesia Raya setiap hari pada jam 10.00 pagi. Keputusan Gubernur Sri Sultan Hamengkubono X ini sontak memunculkan aneka respon berbagai kalangan. Yang menarik perhatian adalah munculnya nada kritik dari petinggi partai atau organisasi tanda tak setuju. Bukankah dalam beberapa kegiatan ditemukan banyak pimpinan yang ternyata lupa alias tidak hafal dengan beberapa lagu kebangsaan itu? Memang terkesan dengan program menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya diwajibkan di tengah warga masyarakat seakan membawa mereka kembali ke masa lalu. Masa bangku sekolah dasar. Itu adalah kenyataan yang mesti diambil oleh Sang Sultan. Program sederhana namun mendasar untuk mengembalikan kembali ingatan kita akan cinta tanah air dan bangsa yang telah ditanamkan se masa sekolah dahulu lewat penghafalan lagu-lagu nasional, karya seni budaya daerah se nusantara. Bukan bermaksud mengembalikan warga ke taman kanak-kanak karena lupa syair lagu Indonesia Raya atau Teks Pancasila. Ingat kritikan pedas Presiden Alm.Gusdur yang mengritik anggota DPR di Senayan sebagai Taman Kanak-Kanak? Sri Sultan selaku pemimpin daerah di DIY memang tidak sampai berpikir sejauh itu terhadap warganya. Cuma keputusan itu berdasarkan refleksi dan evaluasinya terhadap situasi kondisi yang berkembang akhir-akhir ini. Besar harapan warganya kembali mengingat semangat awali berdirinya bangsa ini yaitu tingginya semangat kebersamaan, kebangsaan dan cinta tanah air serta budaya yang kaya dan beraneka ragam. Mengmbalikan DIY sebagai JOGJA ISTIMEWA.
Sekolah
Gerakan literasi telah dimunculkan 5 tahun silam di sekolah-sekolah. Salah satunya adalah kewajiban menyanyikan lagu wajib nasional pada awal dan sesudah pembelajaran di sekolah – sekolah. Pembudayaan kebangsaan/nasionalisme lewat literasi ini dinilai sebagai salah satu cara untuk menumbuhkembangkan rasa cinta pada tanah air dan bangsa yang dimulai sejak dini di bangku sekolah bagi generasi bangsa.
Cinta tanah air, bangsa dan negara dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana antara lain lewat karya-karya seni rakyat. Lewat karya seni para pendahulu bangsa yang note bene telah terbukti mengikat rasa kecintaan pada bangsa dan tanah air. Lewat lagu-lagu dan budaya adalah contoh konkret cara kita orang tua, sekolah di dalam memupuk rasa nasionalisme itu. Maka dalam kurikulum sekolah diwajibkan untuk memasukkan muatan cinta akan budaya bangsa untuk dipelajari dan dalami lebih lanjut oleh guru,pendidik dan anak-anak /peserta didik. Menyanyikan lagu2 nasional, belajar mengenal budaya daerah, melaksanakan upacara bendera secara rutin, dll adalah gerakan literasi kebangsaan yang digalakkan disekolah-sekolah.
Maka, jika seorang Gubernur Sri Sultan Hamengkubwono X mencetuskan gerakan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesai Raya di wilayah pemerintahannya bukan tanpa alasan tetapi merupakan satu buah refleksi dan keprihatinannya akan situasi bangsa saat ini. Di tengah maraknya bermunculan kelompok2 radikal. Kelompok yang lebih mengutamakan budaya asing. Kelompok yang tidak mengakui pemerintah, tidak mengakui budaya negeri sendiri, dll. Gejala itu menjadi latar yang menggugah seorang kepala pemerintahan untuk segera bertindak. Mencoba membuat satu gerakan bersama rakyatnya untuk kembali bangkit dan sadar akan dirinya melalui literasi seni Lagu Indonesia Raya yang adalah lagu wajib kebangsaan NKRI. Satu harapan kembali tertanam rasa dan nilai-nilai cinta bangsa dan tanah air dalam diri warga yang dicintainya.
Dari contoh dan teladan gerakan kebersamaan yang diinternalisasikan di DIY Yogyakarta menanti dan menantang kita selaku pendidik, peserta didik dan warga masyarakat dimana pun kita sekolah dan berada untuk mengikuti gerakan literasi kebangsaan itu. Gerakan cinta tanah air dan bangsa semakin mendesak untuk dipraktekkan dan gaungkan secara bersama-sama: anak-anak di sekolah, rumah dan orang tua. Dengan demikian kita bangga dan cinta 100 % sebagai warga negara dan bangsa Indonesia. Aku Cinta Indonesia. *** Apul Tumanggor